Sabtu, 15 Desember 2012



Teknologi Informasi Komunikasi






Teknologi Informasi dan Komunikasi, TIK (bahasa Inggris: Information and Communication Technologies; ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.





Penerapan TIK dalam Pendidikan di Indonesia

Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematicssebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanyafeedback yang seketika. Siaran bersifat searah yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.





Buku Elektronik

Buku elektronik atau e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 16 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat misalnya pada Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannicayang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan e-book menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.
[sunting]E-learning

Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning. Meskipun radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atauLMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet. Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video conference.





ICT Pada Industri Pendidikan



Ada tiga komponen penting yang harus disiapkan untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan menggunakan ICT, yaitu :



• Infrastruktur

• SDM

• Konten dan aplikasi







A. INFRASTRUKTUR



Pengembangan infrastruktur ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah
dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota
sejak tahun 2000, namun terlihat semakin pesat sejak tahun 2006 dengan
dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).

Jejaring pendidikan nasional adalah Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan seluruh kantor dinas  pendidikan propinsi, kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.

Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.

Secara umum, Jardiknas dapat menjadi 3 zona, yaitu:



1. Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi

2. Zona Perguruan Tinggi

3. Zona Sekolah



Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi



Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi, 
kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya.

Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line 
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.



Zona Perguruan Tinggi (Inherent)



Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan 
disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network)
Jaringan ini diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.



Zona Sekolah



Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah 
dengan menggunakan teknologi ADSL.

Zona ini dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL 
yang dapat dicapai oleh PT Telkom.


B. SUMBER DAYA MANUSIA



Pengembangan SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang

Internet pada tahun 1999. Sejak saat itu banyak pelatihan ICT, antara lain:

Pelatihan Internet, SMK TI, Networking, Pelatihan Multimedia, Ketrampilan

kompter dan Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta

pelatihan Jardiknas.



Selain pelatihan, juga banyak disiapkan pendidikan formal untuk peningkatan

kompetensi guru, diantaranya : S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi ,

D3 TKJ dll.



Jardiknas adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional

sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas

sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional,

maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan

ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titik-titik sekolah

(SchoolNet) ke titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang

penting diselenggarakannya program Pelatihan Program berbasis ICT ini untuk

mengenalkan Jardiknas kepada Kepala, Guru, Tata Usaha, dan Pustakawan

Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kapasitas content e-Learning

dan e-Administration serta kesinambungan Jejaring Pendidikan Nasional

(Jardiknas).


C. KONTEN DAN APLIKASI ELEARNING



Internet sebagai Media Pengajaran

Di Amerika, negara asal kemunculan internet, internet digunakan sebagai

penghubung antar universitas. Kehadiran internet di Amerika identik dengan

pengajaran dan penyebarluasan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan Indonesia ?

lain halnya dengan Indonesia, kehadiran internet identik dengan Bisnis (ecommerce,ISP) dan entertainment. Komersialisasi komponen internet membuat

biaya akses internet di indonesia membumbung enam kali lipat lebih mahal

daripada di negara asal kemunculan internet.



Yang menjadi pertanyaan, benarkah internet sangat penting dan mendukung

dalam sektor pengajaran? Terkait dengan pola pengajaran konfensional yang

berbasis pertemuan langsung/tatap muka, apakah mereka akan tergantikan dengan

kehadiran internet?



Seiring pertambahan penduduk maka kebutuhan akan pengajaran juga

semakin besar. Sayangnya, peningkatan kebutuhan ini sering kali tidak diimbangi

dengan peningkatan prasarana pengajaran,baik kuantitas maupun kualitas.

Pertambahan jumlah pengajar tidak sebanding pertambahan kebutuhan yang ada.

Ketika suatu instansi pengajaran membuka program/kelas baru. hal ini tidak

diimbangi dengan penambahan jumlah pengajar. Akibatnya, waktu dan tenaga yang

dialokasikan semakin terbatas. Secara otomatis peningkatan kualitas yang

diharapkan tidak akan tercapai.



Keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama bagi peningkatan

kualitas pengajaran. Pertambahan jumlah peserta didik pada suatu lembaga

pengajaran berpotensi mengurangi kualitas interaksi antara pengajar dan peserta

didik sehingga hasil yang maksimal, dalam rupa pengajaran berkualitas, semakin

jauh dari harapan.





Peran guru dan siswa dalam pemanfaatan TIK dalam industri pendidikan
Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.


Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:
[1] Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
[2] Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
[3] Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
[4] Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
[5] Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
[6] Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
[7] Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
[8] Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).

[9] High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).






Keuntungan ICT



ICT memiliki beberapa peranan yang dapat menguntungkan bahkan dapat merugikan setiap penggunanya dalam industry pendidikan, yaitu:


Dapat mempermudah kita mendapatkan informasi untuk kepentingan pendidikan
Memudahkan proses belajar mengajar
Efisiensi waktu
Memotivasi para pelajar dalam proses belajar dengan adanya IT



Kekurangan ICT


Kemajuan TIK juga akan makin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), karena makin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan .
Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan, bagaikan sebuah sistem tanpa celah, tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjelankannya akan berakibat fatal
Salah satu dampak negatif televis adalah melatih anak untuk berfikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang pendek atau singkat (sort span of attenrtion).



Refrensi : 

http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi
http://viraaviraa.wordpress.com/2012/12/13/pemanfaatan-ict-pada-industri/
http://sanny.blog.binusian.org/2012/12/11/e-article-pemanfaatan-ict-pada-industri/